Aku Ajukan Cerai Dari Suami Pemalas yang Tidak Mau Kerja di Kota! Di Hari Perceraian Kulihat Mobil Mewah Terpakir di Depan Rumah, Ternyata Pemiliknya….



Setelah aku menikah dengan suamiku, kami hidup di desa bercocok tanam. Tapi ada berapakah anak muda jaman sekarang yang masih tinggal di desa bercocok tanam? Berkali-kali aku menasihati suamiku, kelak kita akan punya anak, maka kita seharusnya mencari nafkah di kota supaya bisa menabung lebih banyak dan lebih cepat, tidak ada masa depan yang menjanjikan bila kita terus tinggal di desa saja.
Tapi suamiku tidak setuju, katanya ayahnya telah meninggal dunia, usia ibu juga sudah tua, ia khawatir meninggalkan ibu seorang diri. Alasan apaan ini? Bukankah kehidupan di desa begini-begini saja? Kelak kita sering-sering pulang menengok ibu kan beres.
Hingga akhirnya karena suamiku tak tahan lagi dengan omelanku, ia memutuskan jujur kepadaku..
Ternyata ia bukan anak kandung mereka, mereka memungutnya di tepi jalan : "Pada saat aku tidak berdaya, mereka menyembuhkan penyakitku, membesarkan dan merawatku sejak aku baru berusia 3 bulan hingga menjadi dewasa sekarang ini, aku harus tahu balas budi. Apalagi ayahku telah meninggal, usia ibu juga sudah lanjut, ia gampang sakit, aku tidak bisa meninggalkannya…."
Benar-benar tak habis pikir….nampaknya suamiku ini adalah orang yang tahu balas budi, akhirnya aku mulai melepaskan pemikiranku supaya ia pergi mencari nafkah ke kota. Suamiku selain bercocok tanam di ladang desa, juga akan pergi menjual sayuran hasil panen kami sendiri, tapi berasa sulit sekali untuk mendapatkan uang ini, bahkan penghasilan pun tidak menentu setiap harinya. Aku melihat warga lain yang mencari nafkah ke kota semuanya berhasil mendapatkan uang lebih, apalagi yang pulang saat tahun baru imlek, bajunya baru-baru, ada juga yang beli mobil baru. Melihat semua ini membuatku merasa kesal dan jengkel sendiri!
Maka aku memberi usul, suamiku tinggal di rumah menjaga ibu, dan aku saja yang pergi ke kota mencari nafkah. Tapi ia tidak setuju, katanya takut di kota nanti aku menjadi nakal, lama kelamaan aku sudah tidak tahan lagi, aku tidak mau hidup miskin di desa selamanya!
Pertengkaran kami semakin menjadi-jadi dan akhirnya aku minta cerai!
Setelah ribut selama 2 bulan, akhirnya suamiku setuju bercerai, ia berkata tidak bisa hidup nyaman denganku, aku selalu memikirkan uang : "Kita kan bercocok tanam, bukannya tidak cari uang…", aku hanya tertawa sinis dan menimpalinya : "Itu namanya uang? Hanya sejumlah yang cukup untuk beli beras, minyak dan garam…"
Hari itu kami berencana pergi mengurus masalah perceraian, baru berjalan sampai depan pintu rumah, terlihat ada sebuah mobil mewah berhenti di depan rumah.
Seorang pria muda dan sepasang suami istri setengah baya turun dari mobil, berjalan mendekati kami…saat sepasang suami istri ini melihat suamiku, mereka langsung menangis…
Mereka adalah orang tua kandung suamiku! Dan pria muda yang menyetir mobil adalah adiknya…
Ternyata suamiku dibuang semenjak ia dilahirkan, karena dokter memvonis bahwa ia menderita penyakit jantung, akan ada keseulitan dalam merawat dan membesarkannya.
Ia diadopsi dan dibesarkan oleh orang tua asuhnya. Orang tua kandungnya berkata bahwa mereka sangat menyesal telah membuangnya, hati nuraninya tidak bisa tenang, dan akhirnya mereka memutuskan untuk pindah dan memulai hidup baru, sekarang mereka adalah pemilik dari perusahaan besar, setelah diselidiki beberapa bulan, barulah dipastikan bahwa suamiku adalah anak yang waktu dulu mereka buang….saat itu karena suasananya juga sangat ricuh, proses perceraian kami juga tidak terselesaikan.
Dan yang paling membuatku kesal adalah suamiku tidak mau ikut orang tua kandungnya, ia memilih untuk tinggal dan menjaga ibu asuhnya, bahkan tidak mau menerima uang dari orang tua kandungnya dan berkata : "Kalian telah membuangku, apa gunanya memberiku uang sekarang? Kalau bukan karena orang tua asuhku, aku sudah meninggal dari dulu…."
Heran deh, benar-benar keras kepala, kalau sadar bahwa mereka bersalah ya sudah seharusnya dong keluar sedikit uang, hidup kan akan jadi lebih enak kalau ada uang, ibu asuhnya juga bisa ikut merasakan hidup enak beberapa hari…Sekarang aku sedikit ragu entah mau tetap cerai atau tidak, aku berencana untuk menasihatinya supaya ia mau kontak lagi dengan orang tua kandungnya, bagaimanapun juga mereka ada hubungan darah, dan ini pun juga salah satu jalan hidup.
Walaupun sekarang ia tidak setuju, kelak ada kemungkinan setuju kan?
Bukannya aku memaksa, tapi aku merasa…yah bagaimanapun juga namanya manusia, kalau ada kesempatan untuk hidup lebih baik, kenapa tidak? Lagipula mereka kan orang tua kandungnya, bukan orang lain.
Setelah melihat semua perkataan istrinya…Cerpen benar-benar kehabisan kata-kata deh..Cape deh @@

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Aku Ajukan Cerai Dari Suami Pemalas yang Tidak Mau Kerja di Kota! Di Hari Perceraian Kulihat Mobil Mewah Terpakir di Depan Rumah, Ternyata Pemiliknya…."

Posting Komentar